TEMPAT WISATA DI JEPARA, SURGA TERSEMBUNYI DI JAWA TENGAH
Banyak orang mengenal Kabupaten Jepara karena keberadaan Kepulauan Karimunjawa yang disebut sebagai salah satu "surga" bawah laut di Indonesia.
Kota Jepara sudah identik dengan keindahan alam di Kepulauan Karimunjawa. Gugusan yang terbentuk lebih dari 20 pulau kecil ini dikembangkan sebagai wisata taman laut dengan banyak spot menarik. Kamu bisa snorkeling untuk menyaksikan indahnya biota laut, singgah di penangkaran hiu, tracking ke hutan mangrove, mengunjungi banyak pantai sekaligus, wisata kuliner, hingga wisata religi.
Air Terjun Jurang Nganten terdiri dari tebing tegak dengan kucuran air cenderung tenang. Air terjun setinggi 50 meter ini bisa ditempuh dengan berkendara selama 40 menit dari pusat kota Jepara. Untuk menuju ke sana, kamu perlu trekking sekitar 500 meter dengan medan yang lumayan terjal. Tetapi begitu sampai di sana, gemericik air dan juga pepohonan yang asri bakal langsung menyambutmu. Apalagi suasananya tenang, karena belum banyak terjamah wisatawan.
Lokasi: Dukuh Turung, Desa Tanjung, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Di pinggir pantai ini berdiri Benteng Portugis yang sudah ada sejak 1923 dan menjadi cagar budaya yang dilindungi pemerintah. Selain ramai dikunjungi karena tampak gagah, banyak orang yang datang untuk berenang di pantai. Tepian pantainya tak berupa pasir, melainkan batuan dan tebing. Karena itu, banyak yang memanfaatkannya untuk memancing. Fasilitasnya sudah cukup lengkap, mulai dari kamar mandi hingga gazebo untuk bersantai. Lokasi: Jalan Benteng Portugis - Tayu KM 48, Donorejo, Banyumanis, Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Pulau seluas 19 hektare ini dikelilingi perairan dangkal yang sangat jernih dan dipenuhi terumbu karang. Keindahan yang ditawarkan pulau ini tak kalah dengan Karimunjawa, udara bersih serta lingkungannya yang asri jadi daya tarik utamanya. Beberapa aktivitas yang bisa kamu lakukan selain bersepeda antara lain snorkeling, berkemah, hingga wisata religi mengunjungi makam Syekh Abu Bakar Bin Yahya Ba'alawi. Lokasi: Ujungbatu, Jepara, Jawa Tengah.
Pantai Punuk Sapi juga populer disebut sebagai Pantai Lemah Abang yang berarti "pantai tanah merah". Dinamai demikian karena memang pantai ini dipenuhi gundukan hingga bukit dengan tanah berwarna merah yang sekilas bentuknya mirip punuk sapi. Pantai ini memiliki pasir berwarna hitam, tapi gak kalah cantik dibanding pantai-pantai berpasir putih. Terdapat hammock dan ayunan yang bisa kamu gunakan untuk bersantai, sekaligus berfoto dari atas ketinggian. Lokasi: Desa Balong, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Hutan Wisata Sreni atau Sreni Indah berada di kaki Gunung Muria dan merupakan hutan pinus dengan hawa sejuk. Meski termasuk hutan lindung, kawasan Hutan Wisata Sreni juga dikembangkan sebagai kawasan wisata. Terdapat instalasi unik untuk berfoto dan gardu pandang di atas pohon pinus yang bisa kamu nikmati. Selain itu, area seluas 110 hektare yang dikelola Perhutani itu juga kerap menjadi tempat berkemah yang menyenangkan. Lokasi: Desa Bategede Kecamatan Nalumsari, Jepara, Jawa Tengah.
Zaman dahulu, Gua Tritip merupakan tempat pertapaan seorang tokoh bernama Mbah Joyo Kusumo. Warga setempat menganggap tempat tersebut sebagai petilasannya. Di sekitar gua batu terdapat perahu kayu yang konon menjadi tempat pertapaan Mbah Joyo Kusumo. Meski demikian, kini Gua Tritip jauh dari kata seram, karena sudah dikelola dengan baik sebagai tempat wisata. Kamu bahkan bisa bersantai di gazebo atau gardu pandang yang dibangun di sana. Lokasi: Desa Uluwatu, Kecamatan Donorojo, Jepara, Jawa Tengah.
Pantai Pungkruk punya kemiripan dengan Pantai Jimbaran, Bali. Gak cuma menarik karena lautnya, kawasan ini merupakan tempat wisata kuliner terbesar di Jepara. Banyak rumah makan bergaya gazebo dan rumah apung berdiri di atas pantai berkarang ini. Menu yang disajikan pun beragam, seperti aneka olahan ikan laut hingga makanan khas Jepara. Lokasi: Desa Mororejo, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Desa ini punya hamparan sawah yang indah dengan latar gagahnya pegunungan. Salah satu spot yang jadi favorit pengunjung adalah Bukit Bejagan. Bukit ini memiliki rumah pohon yang menjorok langsung ke tebing, memungkinkan kamu menikmati pemandangan hutan dan bukit dari ketinggian. Lokasi: Dukuh Duplak, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Air Terjun Setatah memang tidak terlalu tinggi, tapi punya karakteristik lebar dan bertingkat. Lingkungannya masih sangat asri dengan dikelilingi pepohonan serta area persawahan. Selain Air Terjun Setatah, kamu bisa menemukan banyak air terjun lainnya yang masih berada dalam area Batealit, seperti Kedung Cengger, Dong Paso, Kedung Bobot, dan sebagainya. Lokasi: Desa Batealit, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
https://www.idntimes.com/travel/destination/putriana-cahya/10-tempat-wisata-di-jepara-surga-tersembunyi-di-jawa-tengah/10/full
Pantai Pulau Panjang
Pantai terakhir yang bisa di kunjungi saat ke Jepara adalah Pantai Pulau Panjang. Pantai ini terkenal di Jepara karena pesonanya yang luar biasa. Bahkan pantai ini juga mendapat julukan Karimun Jawa mini berkat keindahannya.
Daya tarik utama dari pantai ini terletak pada lokasi snorkeling yang terkenal punya pemandangan yang indah. Bagi yang tidak suka berenang, bisa juga duduk-duduk sambil menikmati keindahan dermaga panjang yang dinamakan Dermaga Cinta. Dermaga ini juga menjadi lokasi favorit wisatawan untuk melihat sunset di sore hari.
Alamat: Pulau Panjang, Ujungbatu, Kec. Jepara, Kab. Jepara, Jawa Tengah
Jam Operasional: Setiap hari, pukul 07.00–17.00 WIB
Nah, itulah tujuh wisata pantai di Kota Jepara yang bisa kalian kunjungi saat liburan nanti. Beberapa memang belum terlalu terekspos. Gak heran kalau pesona yang ditawarkan tidak akan mengecewakan. Jadi tempat wisata pantai mana yang ingin kalian datangi?
Baca Juga: 9 Pesona Keindahan Alam Air Terjun Songgo Langit di Jepara, Surga Alam
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan ukiran adalah Jepara. Daerah ini telah lama dikenal sebagai pusat kerajinan ukiran yang mendunia sejak abad ke-19. Keahlian mereka dalam memproduksi mebel dan ukiran telah meraih pengakuan dan penghargaan dari berbagai kalangan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Jepara, dengan bangga, didefinisikan sebagai sebuah kawasan terpadu penghasil mebel dan ukiran. Budaya mengukir dan memahat di kota ini bukan hanya sekadar industri, melainkan telah meresap dalam aspek budaya, seni, ekonomi, sosial, dan politik, menjadi bagian integral dari sejarahnya yang mendalam.
Melansir dari situs website resmi Republik Indonesia, ditegaskan bahwa daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan ukiran atau pahatannya adalah Jepara dan memiliki ciri khas yang membedakannya dari yang lain. Ukiran Jepara memiliki motif seperti Daun Trubusan yang terdiri dari varian unik, termasuk daun yang muncul dari tangkai relung dan daun yang tumbuh dari cabang atau ruasnya.
Motif Jepara juga dikenal dengan istilah "Jumbai," yang ditandai oleh daun yang membuka layaknya kipas dengan ujungnya yang meruncing. Motif ini seringkali dihiasi dengan tiga atau empat biji yang tumbuh dari pangkal daunnya. Satu ciri khas yang tak terbantahkan adalah kemampuan tangkai relung dalam memutar dengan gaya memanjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang dan menambah keindahan karya seni tersebut. Ciri-ciri khas inilah yang menjadi identitas kuat dari ukiran Jepara.
Daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan ukiran adalah Jepara, mereka bisa menampilkan sifat akomodatif yang mampu menjaga keseimbangan dan keselarasan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Keseimbangan ini menjadi prinsip penting karena masyarakat Jawa cenderung sangat menjunjung tinggi konsep keselarasan dalam hidup mereka. Ukiran di daerah pesisir, sebagai contoh, dapat terlihat lebih terbuka dan menyiratkan kepribadian yang berbeda.
Sejalan dengan keindahannya, kualitas produk ukiran Jepara sudah mendunia. Mereka menggunakan material bermutu tinggi, seperti kayu jati dan jenis kayu-kayu lain yang terbukti kualitasnya. Kayu jati, bahan utama dalam ukiran Jepara, memiliki daya tahan luar biasa, dapat bertahan selama lebih dari 20 tahun.
Jepara disebut sebagai daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan ukiran, karena hasilnya memiliki tekstur halus dan memiliki serat yang tajam. Harga mebel Jepara relatif lebih tinggi, namun dengan kualitas tinggi dan nilai seni yang tinggi, harganya sebanding.
Salah satu tantangan terbesar dalam produk ukiran kayu adalah ketahanannya terhadap air dan serangan rayap atau ngengat. Namun, kualitas terbaik ukiran Jepara dibuktikan oleh kandungan minyak alami dalam kayu jati, yang membuat produk mereka tahan air dan tahan terhadap serangan rayap.
Kota Jepara adalah kota kecil di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Jepara terletak di pantai utara Jawa, utara-timur dari Semarang, tidak jauh dari Gunung Muria. Itu juga merupakan kota utama distrik Jepara, yang memiliki populasi sekitar 1 juta. Jepara dikenal sebagai Kota Ukir seni Jawa serta tempat kelahiran Kartini, pelopor di bidang hak-hak perempuan untuk Indonesia. Populasi adalah hampir seluruhnya Jawa dan lebih dari 95% Muslim. visit:
Pariwisata yang terkenal di kota Jepara diantaranya:
dan masih banyak lagi gan,
Jepara dikenal untuk industri mebel yang, terutama furniture jati. Industri ini mempekerjakan sekitar 80.000 orang, yang bekerja di sejumlah besar lokakarya terutama kecil. Perdagangan telah membawa kemakmuran yang cukup besar untuk Jepara, jauh di atas rata-rata untuk Jawa Tengah. Karena ada perdagangan ekspor yang besar, penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan mata uang lainnya mungkin telah menyebabkan peningkatan pendapatan untuk [pembuat mebel].
TLP : (+62 291) 7519888
Email : [email protected]
Alamat : Jalan Pariwisata No.9, Rw. II, Bandengan, Kec. Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah 59412
Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Terletak di sebelah utara Jawa Tengah, kabupaten ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Di masa lalu, Jepara pernah menjadi bandar niaga utama Pulau Jawa.
Kendati Jepara telah berdiri sejak masa kolonial Hindia Belanda, namun Kabupaten Jepara baru terbentuk pada tanggal 8 Agustus 1950 berdasarkan UU 13/1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Djawa Tengah.
Hari jadi Kabupaten Jepara ditetapkan pada tanggal 10 April 1549 berdasarkan Peraturan daerah (Perda) Tingkat II Jepara Nomor 9 Tahun 1988 tentang Hari Jadi Jepara. Penetapan perda itu mengacu pada tokoh Putri Retno Kencana, yang dinobatkan selaku penguasa Jepara dengan nama Nimas Ratu Kalinyamat.
Dalam sejarahnya, Kabupaten Jepara tidak dapat dilepaskan dengan sosok Raden Ajeng Kartini (1879-1904), tokoh perempuan Jawa yang memperjuangkan emansipasi dan hak-hak perempuan di masa kolonial. RA Kartini pada masanya mendongkrak kultur feodalistik dan paternalistik, serta mengilhami perempuan melawan diskriminasi terhadap kaum hawa.
Secara administratif, Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, 11 kelurahan, dan 184 desa. Kabupaten dengan luas wilayah 1.004,132 kilometer persegi ini dihuni oleh 1,18 juta jiwa berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2020. Sejak tahun lalu, Kabupaten Jepara dipimpin oleh Bupati Dian Kristiandi. Sementara itu, untuk posisi wakil bupati masih kosong hingga saat ini.
Nama Jepara dalam catatan sejarah memiliki beberapa makna. Nama Jepara menurut C Lekkerkerker berasal dari kata Ujungpara yang kemudian berubah menjadi kata Ujung Mara, Jumpara, dan akhirnya menjadi Jepara atau Japara. Kata tersebut memiliki makna pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah.
Sementara itu, sejarawan De Graaf menjelaskan bahwa “Jepara”, “Jung Mara”, atau “Ujung Mara” kemungkinan merupakan nama tempat yang lebih tua, yang disebutkan dalam cerita-cerita tutur Jawa dan dalam buku-buku cerita mengenai kisah sejarah legendaris kota pelabuhan itu. Dugaan ini tampaknya sesuai dengan sumber tradisional Jawa yaitu Serat Pustaka Raja Purwara, yang menyebutkan bahwa daerah Jepara dan Juwana merupakan daerah kekuasaan Sandang Garba, rajanya para pedagang (koning der koopleiden).
Dalam laman resmi Kabupaten Jepara disebutkan, Jepara mulai dikenal pada abad ke-8 Masehi dengan berdirinya Kerajaan Kalingga yang diperintah oleh Ratu Shima. Keyakinan ini didasarkan pada penemuan benda-benda perhiasan cap Kerajaan Ratu Shima di Desa Drojo, Kabupaten Jepara.
Sementara itu, menurut seorang penulis Portugis, Tomè Pires, dalam Suma Oriental, Jepara baru dikenal pada abad ke-15 (1470). Ketika itu, Jepara merupakan pelabuhan perdagangan kecil yang dihuni oleh sekitar 90 sampai 100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur serta berada di bawah pemerintahan Demak.
Aryo Timur berhasil mengembangkan kota pantai yang dikelilingi oleh benteng kayu dan bambu itu menjadi bandar yang cukup besar. Kondisi fisik pelabuhan Jepara menurut ukuran waktu itu sangat baik, sehingga setiap pelaut dan pedagang yang datang ke Jawa atau akan melanjutkan perjalanan menuju Maluku selalu singgah di pelabuhan Jepara.
Aryo Timur kemudian digantikan oleh putranya bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga. Pati Unus yang dikenal pula dengan julukan Pangeran Sabrang Lor ini sangat gigih melawan Portugis di Malaka yang menguasai rantai perdagangan di kepulauan.
Pada tahun 1512, Pati Unus berangkat dengan armadanya dari 100 kapal berisikan 12.000 prajurit berusaha mengusir Portugis dari Semenanjung Malaka. Meski peperangan ini membawa kekalahan baginya, namun tidak mengurangi kebesaran dan kepahlawanan Pati Unus.
Setelah Pati Unus wafat, ia digantikan oleh ipar Faletehan, yakni Fatahillah yang berkuasa pada 1521-1536. Kemudian pada tahun 1536 oleh Sultan Trenggono sebagai penguasa Demak, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya, yaitu Retno Kencono dan Sultan Hadirin.
Sultan Trenggono tewas dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546. Sepeninggalnya, tepatnya tahun 1549, muncul perebutan Kerajaan Demak hingga menewaskan Sultan Hadlirin di tangan Aryo Penangsang.
Kematian itu membuat Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Baru setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutawijaya, Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara bergelar Nimas Ratu Kalinyamat.
Di bawah kepemimpinan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara tumbuh sebagai bandar niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani ekspor impor. Di samping itu, juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.
Ratu Kalinyamat juga dikenal gigih dalam melawan penjajah. Pada tahun 1550 dan 1570, Ratu Kalinyamat bekerja sama dengan Aceh, mencoba mengusir Portugis dari semenanjung Malaka, kendati mengalami kekalahan.
Makam Ratu Kalinyamat
Pada permulaan abad ke-17, pelabuhan Jepara menjadi tempat mendarat orang-orang asing bila akan menghadap ke Mataram. Di tempat ini pula, duta-duta Staten Generaal yakni Gaspar van Zurck, dan Balthazar van Eyndhoven mendarat sebelum menghadap Panembahan Senapati. Dari Panembahan Senapati, pihak Belanda mendapat janji untuk mendirikan sebuah establisemen di Jepara dan akan mendapatkan pasokan beras. Namun demikian, keinginan itu tidak terwujud dan Belanda hanya boleh mendirikan sebuah rumah kecil di Jepara.
Karena Jepara merupakan gudang beras untuk mengumpani pegawai dan serdadu Kompeni, maka organisasi pembelian serta alat-alatnya harus kuat. Itulah sebabnya pada tahun 1617, Gubernur Jenderal Reaal mendarat di Jepara dan memerintahkan pendirian gedung serta gudang dari batu, tanpa seizin Panembahan Senapati. Untuk memikat hati penduduk, mereka dibolehkan berlayar di pelabuhan dan lautnya sendiri untuk melakukan perdagangan dengan Maluku. Alih-alih menggubrisnya, penduduk yang patriotik ini justru menolak sama sekali untuk menjual berasnya kepada Belanda.
Memasuki tahun 1651, Belanda mendirikan loji dan perbentengan untuk keperluan perbekalannya. Akhirnya Mataram pun mengambil tindakan dengan menutup akses pelabuhan Jepara.
Pada saat pemberontakan Trunojoyo terjadi, Jepara menjadi tujuan perginya Cornelis Speelman yang dijuluki penakluk Makassar. Dari sini pula, ia mengutus pihak-pihak pribumi untuk menandatangani perjanjian perdamaian, yang tentunya menguntungkan Belanda. Namun, Trunojoyo menolak gagasan berdamai dengan Mataram -yang pada saat itu disokong oleh Belanda.
Sejak itulah, Jepara mulai menghadapi masa suram. Setelah Raja Mataram meninggal, sang Putra Mahkota pergi ke Jepara untuk menandatangani perjanjian dengan Speelman. Perjanjian tersebut memutuskan bahwa raja harus membayar kembali biaya yang dikeluarkan untuk memusnahkan Trunojoyo dan menjadikan Kota Semarang sebagai jaminannya.
Setelah penandatanganan tersebut (1677), kesibukan di Jepara seakan terhenti, sebab pusat perdagangannya telah dipindahkan ke Semarang oleh Belanda. Tetapi, Belanda tetap mengukuhi perbentengannya di Jepara untuk memblokade laut Jawa agar perdagangan pribumi lumpuh dan jatuh ke tangan Belanda.
Di masa perang Surapati, perbentengan Jepara lebih diperkuat dan hanya tersisa kekuasaan militer Belanda saja. Kemudian di tahun 1719, dalam rangkaian perang suksesi, Arya Mataram menyerah kepada Belanda bersama pasukannya. Di Jepara pula, ia bersama enam putra dan dua menantunya dicekik mati. Dengan demikian, sejarah kegemilangan Jepara kian lama kian surut dan pudar.
Pada masa peperangan Tionghoa dan Madura (1741-1745), Jepara seluruhnya jatuh dalam kekuasaan penjajah sebagai bayaran perang. Kemasyhuran kerajinan tangan serta kesenian rakyat mulai surut dan hampir padam akibat banyaknya peperangan.
Setelah Indonesia merdeka, Kabupaten Jepara ditetapkan sebagai daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganja sendiri berdasarkan UU 13/1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Djawa Tengah, Kabupaten Jepara dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1950.
%PDF-1.4 %âãÏÓ 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <> /PageMode /UseNone /Type /Catalog /Pages 1 0 R /Metadata 64 0 R >> endobj 3 0 obj <> /XObject <> >> endobj 4 0 obj <> endobj 5 0 obj <> stream xÚÜQ»n1ì÷+¶<·Ùõ�_%(?pÃ|Ï-Û]¸0¬«Eyú€®�xÖʉYáĺ̉:É£†4Mœœz‘Hè<=’ƒÜpá\²JŸ £ù™�W hå$®\§PÂm 6·nÑZi mÇ�»jN&èϱ±A3îpŽ=¹. &ö,b°æ0šEÂV½GÔNÎ0Õ ôª¼âÙ!ÕyÀžÅ÷é3I£Ž9w–3æËž‹ÃL ¤ô©àf¿ ÿÿÄV1Â0|‹EÔ¦±w&æ~ R+&XÿÇ9›´’YPV;¶Îwç$a˳$JÚNüšOFÍãÃ’âgùÙçVõlS‡Ìòaÿe�lo‡Þ~Ò…ÓdMÀF}¥=)Lט¡^g^>³ÖæÀëµ?¶L“þ:dØv_ŽN%T^ëí1hÖt³¼o:RïÇÂèQJðÒ›þó$ãÞýF~[�û¿�¾ ÿÿ"¥d03Ö3–¾FH¥/(Bâ;D&!•¿�\l)z¡ðœ› fA4%ÂË°F`â©ih¬QŒ ¼ 3VÀZº‚ÔØÔÖqA.c+:A²¹°ªÌ((Í…¬3�rPµðÀ…„H,X,‘4@ë½A”ŠŒQ[‘ňȇ•#†f–I©°J¶h˜5-LÀf D Ôª ÑvÈ…1@acn Ê:Ð ®Ñ¼!1 ÿÿÌW»ƒ0ü�… )b.[ÿ‚¶C Hý©vrv(c%¶ðã|9ÿA¯ùN©m`@qöAP´ð»-E#ü @îÒ<ÊçCj¶W8|áQ%î»�~/^ñ-Ý8ÔGjG1‰ó)�WrtVý¾³Æ%ñÉ‹¤aaŽ0ÂzM£jø([M…¾•ŠWÔr[G:õŠ7„ÁhöB�4L÷5/5‹{¤Ù}0ª”§ÙÈ:ÄÈe Û’<äyÆ5vz´U¨o�çmÄçît³:LﳊŸ91šn¾ ÿÿ õÏÁ¡ gp¡’1ÆÙwiJAjæåÀÚÞ�†–(ý$x¥dh‰è¤�“PÁlXY åš!E3¸e�Qà‚¥I#KDyXšƒµ¦fz†f@½˜Ñª;˜’œ©1Jk{X‚ƒÚK!kŽ‘� ‚Åð,›ŠÜÙ…÷Æ€J�d�q]:ŹÈÝspÉI7�ræ HI¶#9±™#5AlˆÝä7²„¥ ôH@nü˜#¥ïâ,¸/Shä| ÿÿ"¡7ekÙ¢;_wõôp¦ïÁ–ÈùÑ2Êmdq/ÖR·¸ÞõÎP€¦ì$ÔŠ¶4O¡ ¬ œ³`Åo6tL{¿<å£ k 1PWÔ6Ôfab¤g`-J{in«OÍ̱Mé˜ÀÚ‚&ÆÀ ´-hˆpMæ�Áà0P¹ž%°J02B¯Þá©\?›@ÚH\ CÝDêY› 7›²`*ýbèàÊ(\´Ù ÿÿÌX;€ =‘5€wðÆÁÄAáþ‚m… ;.’ð{´ïã¸ßd6L•>5 M•·ËÖþ…r±C÷Sp³–"|rÔ Ê^•U åñ Ã[ºû0p_÷g0ˆqtÞµ_˜S!“§8©†]Z„á.àßJr¸/¶ddUy4)nŽ§·4Ê´ÊâïöŽ@š'a"H˜�l,©Ç“ÿ¢‡ß-[À§µ–��"m.Å¡†ö{3â ÿÿÜZÁ€ ý¡jFYëêZüÿ•f[ëªÌ1åñ| qeê[z‹\uzÐ�D³yÒ{�O\F±Á`•NP�… †óºHõq‡GdzÓk°[�=G?„ç�ó@‰jRURÄ(ÿâLåUªß…OS;žà@—áÿ]_EÕç:Ø(›³“m«©A-ª/Hn�Æ;ýf8d&SÓŽ1îÛ+L¢á*ˆª ÿÿ25Å™£A&¥@B›˜˜5 PI~|Ør0�™@M1EšÀ>Þ8ÐŽ6µÔ3¹ÃÍ?p`¬½@áiŽžhc¸˜�D`Ê*…´K³¡|\ƒÖPi`“k «DKK=3PYˆ™€<|n Ø”0-ÃpZ^J~,:Š1¿Áu8˜Q‹Pˆ ÿÿBûÀ¢(s,ÖîDT6yƒ,�Fߌ@“Ùƒ1!J†F�5m–%DO\{”#Zs‘úZH#t�uŒ,ÀÉÓÒÛžuŒ€Í[hkÝmy)ƒh�ºãy™VŽ ÿÿ"Ú‘fð•,èŽx·ÁÛ`ènƒ5“‹QHZšÃÆÄÐ]ë8ðUŒ®�„ÏŒêÀJä‘P�6AˆÜ«2�ÍÚâê<š`™#4ÑÀë‚v)¡3’IhÓƒƒ§œMòƒ2‹¡Å ) Í!mL4· ÿÿÌš1€ Eod"`¢gqbs` Qî/ð‘�èÈJ !ù´)}oPTÉð‰ìYñ$ÃøÈ®3cD„ã ÍRƒá†P)ØÇN%±¢Ý^Eu·v‹7%!tn#°À²!%KãHíA.˦s€yÿü†C—Ä~¤Áɼø·NIcwþ QÍ›}ö\•!Ø> ᣱH•‡~XrèǬ+%ÚŠºAxÍ„˜ªÏB�;ó¶ÿ+œ7 ÿÿBÍ’äŽ�0Do:<&Ì�ÍÀWÍMŒõ,ÌÁ¢zf #Òh3"DÕ�.Sü)ÍR]šÐgN«A‹«0ÝhîÆ»C†FFàaDØ|‡‡h„ÊKS×BÌ‚–ñ�|/)Ü�ß< !Ò4Í‘U‚Åò4Í b!àѪ f¤‘9h$ÔåLׄœßÍ Fè…e}4/ÍL±FŸ‘‰9xݨ¶F‹>o* ÿÿ"Ùi¦&z¦ #0SV*bÔ¿Y‰Ð„bFÇ:‡›-La+/Ðݬ;àN³„mýt1m ß0dbÚ´Æظ3ÇL�ží4cøÂt§ƒ&6Áá—):Á$}t ÿÿÂã`3SD=‡ê`¯wš¥ž…1x¨ Ýi‰í4sØ8 ºÓÊÁË4‡æbvžµ°Ä•D¬Aíx7ѹÈØ21ÄtlNf¤•`ºfh-3:�¯âp·)|Ǻó})p ÿÿ¢ŠÓ€%d37‚êMC#« ¢àðÎ,�vK!Ý”�õh„¾@_€¦±A;wGð‚z°±T—�ƒ²žD:kšÀG6Ñ ª×Œ54mŒ,ì4è8R€Õ‘fð¶5ª#½Üe&�.2–h6fh·Ü3+¡V\ ÿÿ"Û±°Ik4ÇZ�£Ú}€�gd`oò£ºÑ±M±2K2ÁF®¤tÁkø,†F•ø 11…÷ÜPƒÄäwKa1ÐÑÌœØÝh r° ± ºô�ÅÁêPscxÕ¡Æ ‡´ó,ŒaïÐœ‡¾¯ ÿÿšãnÆzfˆf†Ñ w³´ Æï}Á‡¥@ËC3Ðè¼1„.€€m& —,ðp>¤#m¦‘:àE¼!l§*šgR`�dè0_>Rñi)Ló:ÂVÞ¢9?6$ ›÷ùHÂà ú�.áêÁÒù�†¬Šn?0§L‚úõ¥0ÔD¸¤Î€wTÍ@sM ÿÿÍ5¡O0<.³�š–°F;ÔŸžÀh΃ææÃzN`m ïf&¢(†”NUª‰9|3ZŠ¦®‰¹%lK"šóÀÃÿØ›•@¦Õ°Š$¤Ž�…9Êt ¤è*Õ„dÐÔðÐ�MŽ 4�€„Éàj‰Z˜‚+WKctïi‚"@Ç�? ÿÿ¢NÅÈ ÿÿ C˜ endstream endobj 6 0 obj <> endobj 7 0 obj <> endobj 8 0 obj <> endobj 9 0 obj <> endobj 10 0 obj <> endobj 11 0 obj <> /CIDToGIDMap 56 0 R /Type /Font /Subtype /CIDFontType2 /W 54 0 R /FontDescriptor 10 0 R >> endobj 12 0 obj <> endobj 13 0 obj <> endobj 14 0 obj <> endobj 15 0 obj <> stream xÚÄP=O1eö¯ð˜çÆùh.+ `:)bhÕö–»Š�‰_�K» Qê(Òó˳òüÞ ã/0ÈuÄßÁ5¡#'ÅgiúÈT
Langganan untuk mendapatkan informasi dan promo menarik dari Atourin!
Kabupaten Jepara terletak di bagian utara provinsi Jawa Tengah. Itu berbatasan dengan Laut Jawa di utara dan barat, Kabupaten Pati dan Kudus di timur, dan Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga terdiri dari kepulauan Karimunjawa yang terletak di Laut Jawa.
Jepara merupakan salah satu kota yang terkenal mempunyai pesona bahari yang luar biasa indah di Provinsi Jawa Tengah. Sebut saja Kepulauan Karimun Jawa yang sekaligus menjadi destinasi wisata Jawa Tengah paling favorit bagi wisatawan lokal hingga mancanegara.
Nah, selain Karimun Jawa. Jepara juga masih mempunyai beberapa pantai dengan pesona yang tak kalah indah. Tentunya dengan keunikannya masing-masing yang dapat membuat wisatawan betah berlama-lama saat mengunjunginya.
Penasarankan wisata pantai di Jepara, Jawa Tengah apa saja yang bisa dikunjungi? Berikut ini rangkumannya.
Pantai pertama yang wajib dikunjungi saat datang ke Jepara adalah Pantai Kartini. Saat datang ke pantai ini wisatawan akan disambut dengan sebuah patung kura-kura raksasa. Meski bukan kura-kura hidup, patung kura-kura raksasa di Pantai Kartini merupakan ikon favorit bagi wisatawan yang datang. Di dalam patung kura-kura bernama Ocean Park ini, wisatawan dapat melihat akuarium yang berisi berbagai spesies laut, spa fish, serta pertunjukan teater.
Selain itu, Pantai Kartini juga memiliki berbagai tempat hiburan seperti panggung petunjukan, Tugu Kartini, hingga dermaga penyeberangan kapal menuju Karimun Jawa. Berkat fasilitasnya yang lengkap Pantai Kartini selalu ramai dengan wisatawan, terutama pada akhir pekan.
Alamat: Desa Bulu, Kec. Jepara, Kab. Jepara, Jawa Tengah
Jam Operasional: Setiap hari, pukul 07.00–19.00 WIB
HTM: Rp5 ribu per orang
Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Jepara, namun tidak berwisata ke Pantai Bandengan. Pantai ini menjadi salah wisata satu favorit di Jepara. Itu karena Pantai Bandengan mempunyai ombak yang relatif tenang, sehingga aman bagi para keluarga yang ingin membawa anak-anak berwisata.
Selain itu, bagi yang suka tantangan. Juga disediakan berbagai wahana waterspot yang dapat memacu adrenalin. Mulai dari banana boat, wave house hingga jet ski bisa dapat di coba di pantai ini. Bagi pencinta fotografi juga terdapat beberapa spot foto menarik yang terkenal punya pemandangan indah.
Alamat: Desa Bandengan, Kec. Jepara, Kab. Jepara, Jawa Tengah
Jam Operasional: Setiap hari, pukul 06.00–18.00 WIB
Pantai selanjutnya yang wajib kalian kunjungi saat datang ke Jepara adalah Pantai Teluk Awur. Pantai yang masih berdekatan dengan Pantai Kartini ini, terkenal mempunyai pasir putih lembut dan spot untuk melihat sunset yang terkenal indah. Maka tak heran, jika Pantai Teluk Awur akan semakin ramai jika waktu sore tiba.
Sembari menikmati keindahan pantai ini, wisawatan dapat bersantai di kursi-kursi yang tersedia di pinggiran pantai. Menikmati suasana matahari terbenam dengan ditemani semilir angin pantai yang menyejukkan, tentu akan menjadI pengalaman yang tak terlupakan.
Alamat: Jl. Teluk Awur, Kec. Tahunan, Kab. Jepara, Jawa Tengah
Jam Operasional: Setiap hari, 24 jam
Baca Juga: 5 Wisata Sejarah di Jepara, Menelusuri Indahnya Warisan Masa Lalu
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Bagi yang mencari pantai dengan pesona bawah laut yang indah. Pantai Pungkruk dapat menjadi pilihan yang tepat. Hal ini karena, pantai ini mempunyai keindahan bawah laut yang yang masih terjaga keindahannya. Para wisawatan yang berkunjung ke Pantai Pungruk juga bisa mencoba berbagai olahan seafood yang terkenal nikmat.
Tentunya berwisata, sambil menikmati kuliner lezat dan ditemani semilir angin laut yang menyejukkan, akan menciptakan satu harmoni yang tak terlupakan bagi wisawatan yang datang.
Alamat: Desa Mororejo, Kec. Mlonggo, Kab. Jepara, Jawa Tengah
Jam Operasional: Setiap hari, 24 jam
Pantai selanjutnya yang bisa kalian kunjungi saat datang ke Jepara adalah Pantai Bondo. Pantai ini terkenal dengan hamparan pasir putihnya yang luas dan dikelilingi dengan pepohonan bakau yang rimbun. Aktivitas favorit di pantai ini adalah bermain air pantai yang terkenal jernih. Apalagi ombaknya yang tenang, membuat wisawatan aman saat bermain di pantai ini.
Bagi yang suka olahraga air. Juga tersedia banana boat hingga speed boat yang dapat di sewa wisawatan. Dengan begitu wisawatan dapat melakukan berbagai kegiatan menyenangkan saat berkunjung ke pantai ini. Fasilitanya juga cukup lengkap, seperti tempat ibadah, WC, tempat parkir, hingga warung makan juga telah tersedia.
Alamat: Desa Mulyoharjo, Kec. Jepara, Kab. Jepara, Jawa Tengah
Jam Operasional: Setiap hari, 24 jam
Jika ingin mencari pantai unik di Jepara. Kalian bisa memilih Pantai Suweru sebagai wisata pilihan. Keunikan dari pantai ini adalah hamparan pasirnya yang berwarna hitam, sehingga menimbulkan suasana yang berbeda dari pantai-pantai di sekitarnya. Selain pasir pantai yang indah. Pesona bawah laut Pantai Suweru juga tak kalah memesona. Tak heran jika pantai ini sering dijadikan tempat snorkeling bagi para wisatawan.
Perjalanan menuju pantai ini tergolong cukup jauh dan harus memakai kendaraan pribadi. Hal itu menyebabkan wisatawan tidak banyak yang datang ke pantai ini. Sehingga wisatawan yang berkunjung akan merasa lebih damai dan serasa berkunjung ke pantai pribadi.
Alamat: Desa Balong, Kec. Kembang, Kab. Jepara, Jawa Tengah
Jam Operasional: Setiap hari, 24 jam